Minggu, 24 Januari 2010

PEMANFAATAN TIK DALAM PENDIDIKAN
Penggunaan komputer sekarang ini sudah cukup memasyarakat pada dunia pendidikan di Indonesia, bahkan anak-anak Sekolah Dasar pun telah diajarkan penggunaan komputer. Komputer sekarang seakan tidak menjadi barang mewah sebab telah menjadi perangkat penunjang sehari-hari seperti pada pemanfaatkan software seperti Microsoft Office atau Open Office. Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran.
Depdiknas pun sangat menyadari hal ini, maka dari itu sekarang telah dibuat beberapa program yang sangat mendukung penerapan TIK pada dunia pendidikan, antara lain:
1. TIK menjadi salah satu jurusan di SMK dan menjadi salah satu bahan ajar pada kurikullum pendidikan.
2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, E-learning dan E-SMA.
3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah, universitas, dan institusi pendidikan di Indonesia.
Sebagian besar dari kita juga telah mengetahui kelebihan TIK dalam pemanfaatannya dalam pembelajaran. Dari sekian banyak faktor yang terkait, ada 3 hal yang saya ingin titik beratkan pada pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran.
Pertama, memaksimalkan segala fasilitas dan teknologi TIK yang ada. Seperti yang kita ketahui penggunaan TIK sebagai media pembelajaran juga sangat memakan biaya yang besar seperti pada pengembangan Jardiknas pada sekolah, universitas, dan institusi. Namun, penggunaan jejaring ini dirasakan belum maksimal, karena hanya beberapa sma, universitas, dan institusi saja yang aktif dalam menggunakan jaringan ini.
Penggunaan jejaring ini masih terbatas upaya pemerataan pendidikan seperti video conference antara Universitas Indonesia dengan Universitas Riau. Pemerataan ini kebanyakan merupakan bersifat seperti kuliah pada umumnya. Ide yang ingin dibuat sebenarnya lebih baik pada semacam brainstorming masalah tertentu, jadi keuntungan yang diperoleh dari video conference itu dapat terasa. Misalkan UI dan ITB mengadakan sebuah video conference untuk membahas sebuah isu penelitian tertentu. Tentu video conference ini akan lebih bersifat 2 arah dan lebih dapat terbermanfaatkan.
Penggunaan jardiknas sekarang saya anggap sebenarnya masih dapat digantikan dengan pembuatan konten pembelajaran dengan menggunakan media video, suara, dan text. Intinya, penggunaan jardiknas sebagai dapat dimanfaatkan sebagai media yang bisa terbermanfaatkan lebih dari penggunaannya sekarang.
Namun hal ini juga harus ada perhatian lebih dari tiap SMA, Universitas, dan institusi yang terkait. Untuk mencapai hal ini, diperlukan sebuah research collaboration dan adanya keinginan knowledge sharing antar masing-masing institusi pendidikan.
Kedua, perhatian khusus dan standar pada pembuatan konten pembelajaran. Saat ini pendidikan Indonesia sangat terbantu dengan adanya alat bantu TIK sebagai media pembelajaran. Namun terkesan banyak sekali bahan pembelajaran yang memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran, tapi tidak bisa memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh TIK bila diterapkan pada media pembelajaran.
Media pembelajaran yang dibuat tak ubahnya seperti sebuah buku yang hanya berisi teks, miskin penjelasan, dan hanya dilengkapi dengan background gambar yang mencolok. Hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan standar yang ingin dicapai apalabila sebuah media pembelajaran yang dikemas dengan TIK dapat lebih unggul dengan versi tradisional. Setiap pembuat konten pembelajaran harus mampu menguasai tata cara penyampaian sebuah bahan ajar dan mengetahui teknologi sesuai yang dapat digunakan pada pembuatan bahan ajar tersebut.
Oleh karena itu, mungkin perlu dibuat juga sebuah standar yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran dengan TIK. Selain dapat mengintegrasi seluruh pengetahuan sehingga dapat mendukung kemudahan dalam collaboration namun juga dapat menjadi tolak ukur sebuah media pembelajaran layak atau tidak.
Terakhir yaitu membangun pace of learning dari siswa. Pemanfaatan TIK pada pendidikan sangat mendorong terjadinya sebuah proses belajar yang individual khususnya pada domain e-learning. Siswa diharapkan dapat mempunyai semangat untuk membahas sebuah masalah dengan tujuan tertentu, dan memperoleh sendiri solusi dari masalah tersebut. Setiap siswa harus ditanamkan kebutuhan akan pengetahuan sehingga dapat menjadi motivasi internal yang melecut semangat belajar.